Walau Kalang Kabut, Melangkahlah..
Malam menjadi begitu kalut, saat kelopak mata amat kuat menahan kantuk. Semua pikiran kusut saling bertaut, terus menggumpal menjadi gulungan yang payah dilerai. Pada semua pikiran itu khawatir membuncah, semakin besar, kepala serasa pecah. Manusia pada akhirnya ada pada titik ini, entah mula dari mana. Seolah semua itu akan bermuara pada hal yang mungkin tak terjadi namun sudah kita telan bulat-bulat. Padahal, aku pikir tak semuanya mesti ada jawab. Tak semuanya mesti jelas, tak semuanya mesti konkret. Bisa jadi, tidak ada jawaban adalah jawab, ketidakjelasan malah adalah kejelasan yang sungguh, dan mungkin sesuatu yang abstrak adalah kekonkretan yang nyata.
Aku sempat berpikir untuk melakukan banyak aktivitas yang membuat aku dapat mengesampingkan semua pikiran kacau yang bertaut menjadi gulungan pikiran yang tak jelas tadi. Aku sempat ingin lari dari pertanyaan, ketidakjelasan, dan semua hal yang membuat sesak. Pada akhirnya lari, berdalih, menolak, atau menghindari bukan solusi. Aku sadar bahwa sebenarnya kita tidak dituntut untuk menang dengan semua hal tadi. Aku hanya harus terus melangkah. Sebagaimana tidak semua orang yang berdagang akan mendapat laba, tidak semua orang yang bertani akan panen. Sementara ada yang tak berdagang dan atau bertani, malah mendapat laba dan atau hasil panen. Pada langkah-usaha dan kerja keras-itulah letak hidup manusia. Manusia tidak bisa memastikan sesuatu berhasil.
Atas kesadaran ini, waktunya untuk terus melangkah dan melangkah.