Akan ada banyak tak kita suka, namun harus kita terima. Akan ada lebih banyak hal yang amat kita damba, namun seringkali tak baik untuk kita reka. Di atas keduanya, kita mengisi hidup dan terus menjalaninya.
Berapa banyak orang yang menderita di dunia? Namun mereka menikmatinya? Berapa banyak orang yang terlihat bahagia? Namun dadanya sesak, saban hari digandrungi dengan banyak khawatir? Mungkin aku satu darinya, atau mungkin pada pernyataan pertama — yang dipaksa menikmati karena tak ada pilihan yang lebih baik.
Tulisan-tulisan kecil ini muncul dari percakapan seru dengan diri sendiri. Kami bercakap cukup lama, bermalam-malam selama sebulan ini. Kami sama-sama bingung karena terlampau banyak topik yang mengendap di kepala. Kami coba untuk sampaikan semuanya, agar ia tak membusuk menjadi kedutan di kening. Agar dada dapat dibuat lebih lapang, agar ketika setiap bangun pagi kami tak merasa bahwa beban-beban di bahu — yang banyak bentuknya — itu bertambah dan menjadi monster yang bahkan tak bisa kami tangani sendiri.
Kami sebenarnya lebih banyak menggerutu, mengeluh, dan protes pada banyak hal — yang sengaja atau tidak — hadir dalam hidup. Mengapa banyak sekali yang kami tak suka tapi harus mati-matian kami jalani. Mengapa banyak sekali yang kami damba tapi tak pernah bisa kami miliki. Mengapa banyak sekali yang kami tak suka, justru amat baik nyatanya.
Kami juga sadar bahwa pagi akan sangat kesal dengan kami — yang dari tadi malam — banyak sekali keluh namun tak menjadi keruh. Atau dari yang sebenarnya urai menjadi begitu berpuntal. Saban malam di bulan ini begitu saja berulang. Namun, kami tak bisa jika tak bercakap. Tak bisa jika tak bersapa.
Tulisan ini tak ada awal dan akhir, kami bingung. Kebingungan ini apakah butuh jawab yang jelas? atau ya sudah biarlah begitu saja? Tak tahulah.